Jumat, 03 Mei 2013

Lisa Fransisca menulis: KAIN CUAL, TENUNAN ASLI BANGKA

Lisa Fransisca menulis: KAIN CUAL, TENUNAN ASLI BANGKA: Menenun cual awalnya merupakan aktivitas perempuan Bangsawan Muntok, Bangka Barat, keturunan Ence' Wan Abdul Haiyat di Kampung Petenon...

Lisa Fransisca menulis: MUSEUM TIMAH INDONESIA

Lisa Fransisca menulis: MUSEUM TIMAH INDONESIA: Museum Timah Indonesia menempati rumah dinas Hoofdt Administrateur Banka Tin Winning (BTW) di Jalan Ahmad Yani no 179 Pangkalpinang. Ruma...

KAIN CUAL, TENUNAN ASLI BANGKA

Menenun cual awalnya merupakan aktivitas perempuan Bangsawan Muntok, Bangka Barat, keturunan Ence' Wan Abdul Haiyat di Kampung Petenon, pada abad ke-18.

Tenun cual mulanya merupakan kain adat Muntok yang berarti celupan awal pada benang yang akan diwarnai.

Tenun cual merupakan perpaduan antara tekhnik songket dan tenun ikat, namun yang menjadi ciri khasnya adalah susunan motif menggunakan tekhnik tenun ikat.

Jenis motif tenun cual antara lain susunan motif bercorak penuh (Pengantek Bekecak), dan motif ruang kosong Jande Bekecak). Cual Bangka dahulu dikenal dengan nama Limar Muntok.

Sekilas motif kain tenun cual nampak seperti songket palembang. Yang membedakan adalah jika pada Songket palembang motif diambil dari bentuk-bentuk bunga seperti cempaka atau bunga cengkeh, maka cual mengambil motif bentuk-bentuk alam dari tumbuh-tumbuhan dan hewan, seperti motif kucing atau bebek, bunga mawar, dan lain-lain yang jika dilihat dari jauh akan timbul motifnya.





Fungsi sosial dari tenun cual adalah sebagai pakaian kebesaran lingkungan Muntok, pakaian pengantin dan pakaian pada hari-hari kebesaran Islam dan adat lainnya, sebagai hantaran pengantin ataupun mahar yang langsung menggambarkan status sosial (pangkat dan kedudukan) seseorang pada masa itu.

Dahulu, kehalusan tenunan, tingkat kerumitan motif dan warna pada tenun cual mengandung filosofi hidup sebagai hasil perjalanan religius penenunnya.

Tenun cual sangat terkenal karena tekstur kainnya/yang begitu halus, warna celupan benangnya tidak berubah, dan ragam motif seakan timbul, jika dipandang dari kejauhan.

Peminat tenun cual pun hingga ke luar Bangka, sehingga diperjualkan pula ke Palembang, Belitung, Pontianak, Singapura dan Tanah Melayu lainnya. Hal ini menyebabkan pengguna tenun cual tidak lagi hanya pada keturunan Bangsawan Mentok.

Tahun 1914 hingga 1918, terjadi perang besar melanda Eropa yang menyebabkan terputusnya bahan baku tenun cual. Masuknya tekstil dari Cina menjadi pelengkap orang-orang Muntok meninggalkan kerajinan tenun cual.

Tahun 1990, Perindustrian Kota Madya Pangkalpinang menggalakkan kembali kerajinan cual di Bangka. Kelompok usaha kerajinan cual yang terdiri dari anggota, keluarga tersebut diketuai oleh Masliana.

Tahun 2003 Maslina membentuk Koperasi Tenun Kain Cual Khas Bangka. Kini ada 40 perajin cual yang tersebar di kota maupun kabupaten di Bangka Belitung.


Tips Merawat Tenun Cual

Tenun cual sebaiknya digulung mengelilingi batang pralon yang dilapisi dahulu dengan kertas minyak, atau kertas copy. Lalu dimasukkan ke dalam tabung atau dibungkus plastik lalu disimpan dalam lemari kayu.

Jauhkan dari cahaya matahari langsung dan air. Tabung atau lemari penyimpanan diberi lada atau cengkeh yang ditakuti rayap atau serangga lainnya. Tenun cual tidak boleh di Dry Clean dan di Loundry hanya boleh angin-anginkan setelah dipakai.


Tips Merawat Bahan Motif Cual Tekhnik Cap

Agar warna alam pada bahan tersebut dapat tahan lama hendaknya tidak mencucinya dengan mesin cuci. Jangan direndam terlalu lama, sebaiknya dicuci menggunakan shampoo atau sabun khusus (lerak)

Jangan dijemur di bawah sinar matahari langsung. Sebaiknya digantung menggunakan hanger lalu diangin-anginkan di tempat yang teduh dan dibalik.

Saat menstrika jangan terlalu panas dan dibalik, jangan menstrika di atas permukaan atau lapisi menggunakan sapu tangan.

Simpan di tempat yang teduh, tidak terkena sinar lampu dan matahari secara langsung.
Jika ingin memberi kapur barus, bungkus terlebih dahulu.

--------------

Rabu, 01 Mei 2013

MUSEUM TIMAH INDONESIA

Museum Timah Indonesia menempati rumah dinas Hoofdt Administrateur Banka Tin Winning (BTW) di Jalan Ahmad Yani no 179 Pangkalpinang.
Rumah ini memiliki nilai sejarah tinggi bagi kemerdekaan RI. Museum Timah ini menyimpan catatan perjalanan panjang sejarah pertimahan di Bangka Belitung khususnya dan dunia pada umumnya.

Museum Timah Indonesia, didirikan pada tahun 1958, dengan tujuan mencatat sejarah pertimahan di Bangka Belitung dan memperkanalkannya pada masyarakat luas.

Pendirian Museum Timah ini berawal tahun 50-an ketika saat itu dalam kegiatan penambangan banyak ditemukan benda-benda tradisional yang digunakan oleh penambang jaman dahulu, utamanya zaman Belanda.

Museum Timah baru resmi dibuka sekaligus diresmikan pada 2 Agustus 1997. Dalam perkembangannya Museum Timah ini sangat berguna bagi masyarakat luas karena didalamnya pengunjung bisa mengetahui sejarah pertimahan di Bangka Belitung, perkembangan teknologi pertambangan sejak zaman Belanda hingga masa kini.

Museum Timah Indonesia, tidak hanya bermanfaat bagi dunia pendidikan dan masyarakat pada umumnya yang ingin mengetahui sejarah pertimahan, namun juga telah menarik wisatawan baik lokal maupun mancanegara.

Museum ini menjadi salah satu Destinasi Wisata Sejarah yang menarik bagi wisatawan karena merupakan satu satunya museum timah yang ada di Indonesia bahkan satu satunya di dunia.


Museum Timah juga menjadi daya tarik luar biasa bagi wisatawan yang pernah memiliki ada hubungan emosional dengan Bangka Belitung, seperti orang-orang Belanda yang dulu pernah bekerja di Bangka.






Selasa, 30 April 2013

SEKILAS KOTA PANGKAL PINANG


305  Hotel Bumi Asih
Kota Pangkal Pinang adalah salah satu Daerah Pemerintahan Kota di Indonesia yang merupakan bagian dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sekaligus merupakan ibu kota Provinsi.

Kota ini terletak di bagian timur Pulau Bangka.

Kota Pangkalpinang terbagi dalam 7 kecamatan yaitu Taman Sari, Rangkui, Pangkalbalam, Gabek, Bukit Intan, Girimaya dan Gerunggang.

Memiliki wilayah seluas 118,408 km2 dan jumlah penduduk berdasarkan Sensus Penduduk 2010 sebanyak 328,167 jiwa dengan kepadatan 1.955 jiwa/km2.

Sungai Rangkui membelah kota yang berjulukan BERARTI (BERsih, Aman, Rapi, Tertib, Indah) ini. Kota ini berpusat di Jalan Merdeka sebagai titik nol kilometer kota.

Populasi Kota Pangkalpinang kebanyakan dibentuk oleh etnis Melayu dan Tionghoa suku Hakka yang datang dari Guangzhou. Ditambah sejumlah suku pendatang seperti Batak, Minangkabau, Palembang, Sunda, Jawa, Madura, Banjar, Bugis, Manado, Flores dan Ambon.

Kota Pangkalpinang merupakan pusat pemerintahan, pusat pemerintahan kota di Kelurahan Bukit Intan, dan pusat pemerintahan provinsi dan instansi vertikal di Kelurahan Air Itam. Kantor pusat PT. Timah Tbk. juga berada di sini.

Pangkalpinang juga merupakan pusat aktivitas bisnis/perdagangan dan industri di Bangka Belitung.