Selasa, 10 Januari 2012

DI DALAM TUHAN, PASTI ADA JALAN KELUAR

“Dunia ini tidak adil…. Marisa bermaksud menolong, tetapi mengapa Marisa yang harus menjadi korban….? Tabungan kami sudah hilang…!! Marisa sudah tidak mempunyai harapan lagi…!! Hidup Marisa hancur…. Marisa mau mati saja rasanya….” dengan air mata bercucuran Marisa mencurahkan isi hatinya pada mama.

“Apa yang membuat anak mama yang cantik ini sampai putus asa begini…?” tanya mama dengan sabar walau dengan perasaan khawatir.

Marisa memang sudah berkeluarga, dengan suami yang mengasihinya dan seorang putri cantik berusia tujuh tahun. Namun adakalanya ia pergi kemamanya, mengadukan perihalnya, seperti yang dilakukannya pada sore ini.

Mama kan tahu Neny…?” kata Marisa sambil memeluk dan terguguk di pelukan mamanya.

Ya sayang…” jawab mama sambil mengelus lembut rambut Marisa, “ada apa dengan Neny…?”

Dia pinjam uang Marisa…. Katanya untuk menolong Martin suaminya yang terjerat hutang. Marisa meminjamkannya, karena Neny bilang kalau uang itu tidak ada, maka Martin dijebloskan ke penjara. Neny bilang, ia akan segera mengembalikannya kalau mobilnya sudah laku terjual…”  Marisa terus terguguk dengan air mata bercucuran.

“Marisa kasihan padanya. Marisa berikan Rp 25 juta kekurangan dari hutang Rp 150 juta suami Neny itu. Marisa takut mama…., karena suami Marisa tidak tahu Marisa telah mengambil tabungan kami untuk membantu Neny. Dan mama, dari Rp 25 juta itu, Rp 5 jutanya adalah uang kas Gereja yang Marisa pegang…” kata Marisa sambil menghapus air matanya.

Sudah satu bulan ini Neny menghilang entah kemana… Waktu Marisa tanya Martin suaminya. Martin bilang mereka sudah pisah, karena Neny selingkuh dan lari dengan laki-laki lain. Martin juga tak mau bertanggung jawab atas hutang yang dibuat Neny…., karena katanya itu sudah bukan urusannya. Mama…., Marisa takut. Bagaimana Marisa menjelaskannya pada Dedy, suami Marisa.., dan bagaimana Marisa harus mengganti uang kas Gereja yang Marisa pakai…?” dengan mata sembab basah Marisa menatap mamanya dengan putus asa.

Oh…. Mama, Marisa ingin mati saja rasanya. Sudah tidak ada lagi harapan bagi Marisa…

“Anakku sayang… kamu adalah anakku yang kuat. Kamu pasti bisa mengatasi semua ini..” kata mama sambil mengusap air mata Marisa dan mencium lembut keningnya.

“Tapi kami sudah tak punya apa-apa lagi mama. Kami miskin….!!!”

“Siapa bilang kamu miskin…? Kamu sangat kaya anakku…..” kata mama dengan tersenyum.
Marisa menggeleng dengan keras.

Apakah Dedy akan marah dan meninggalkanmu kalau kamu menceritakan dengan jujur semua kekhilafanmu…, dan minta maaf padanya…?” tanya mama dengan sabar.

“Mama… mengapa mama sampai berpikir demikian…” Marisa tersentak dengan kaget, “suamiku terlalu mencintaiku mama. Dia sangat mengasihiku dan anakku… Hanya Marisa takut mengecewakannya mama, Marisa tak sanggup melihat hatinya terluka karena salah Marisa ini…?  Sementara Marisa tahu bagaimana ia dengan kerja kerasnya menghidupi keluarga kami… Mama, Marisa bukan isteri yang baik…” rintih Marisa dengan putus asa.

“Apakah kamu berfikir kalau dengan mengakhiri hidupmu, suami dan putrimu akan bahagia ? Dan mamamu yang telah tua renta ini mampu dengan sukacita menunggu saat Tuhan memanggil mama kesisiNya…?” tanya mama dengan hati yang pilu.

“Oh mama…. Maafkan Marisa….” rintih Marisa dan tenggelam dalam pelukan mamanya. Ia ngeri membayang mama, suami dan putrinya tenggelam dalam kesedihan yang tiada putusnya bila ia benar-benar mengakhiri hidupnya. Dan bayangan kengerian juga semakin mendera hatinya. Pasti ia akan masuk neraka, dan disana dirajam dengan kesakitan yang mengerikan. Oh…. Tidak….!!

“Marisa sayang…. Kamu adalah anak mama yang kuat. Bukan pengecut dan mama ingatkan kamu. Kamu kaya Marisa, sangat kaya… Kamu punya suami yang mencintaimu, sementara Neny dan banyak orang lain yang tak bahagia dalam perkawinannya. Kamu punya anak yang cantik, pandai dan manis budi pekertinya, sementara banyak keluarga yang rumah tangganya sepi tanpa kehadiran seorang anak.

Kalian juga punya rumah sendiri, walau rumah itu sederhana, sementara banyak keluarga yang kontrak bahkan ada yang hanya tinggal di gerobak atau beralaskan kardus bekas. Tetapi mereka selalu bersyukur.

Coba apalagi. Sekarang tabungan kalian sudah habis… tapi mama lihat kamu juga tidak terlalu miskin untuk bisa mengganti uang kas Gereja yang dipinjam itu…. “ sahut mama sambil mengelus lembut cincin perkawinan di jemari Marisa, dan kemudian beralih ke kalung dan gelang hadiah perkawinan dari mama yang menghiasi leher dan tangan Marisa.

“Tapi mama…..????” jerit Marisa dengan suara pilu. Bagaimana mungkin, cincin perkawinan? Dan kalung gelang ini adalah harta temurun keluarga. Oh… tidak…!!!

“Anakku sayang. Memang perlu keberanian luar biasa untuk mengutarakannya pada Dedy, tapi mama percaya suamimu adalah lelaki bijak. Dia pasti mengerti….

Dan kalung gelang ini hanyalah benda mati. Memang banyak kenangan indah didalamnya, tetapi itu tidaklah terlalu penting dibandingkan dengan ketenangan hatimu dan kebahagiaan rumah tangga kalian. Satu saat Tuhan memberkati kalian dengan rezeki berlimpah, toh semua benda itu bisa kalian ganti lagi…”

Dan soal Neny, maafkan dia…. Relakan saja apa yang telah dilakukannya. Berdoalah agar ia dipulihkan dan menyadari kesalahannya. Mama yakin satu saat ia sadar akan semua kesalahannya dan mohon ampun pada Tuhan….”

“Marisa tak mungkin bisa memaafkannya mama” sahut Marisa dengan wajah marah.

“Anakku sayang, kalau kamu ingin ada ketenangan dan kedamaian dihati, maka harus mau mengampuni. Percayalah, Tuhan akan membalas kebaikan hatimu dengan berkat yang berlimpah. Kehilanganmu kali ini akan digantikan dengan kelimpahan yang berlipat ganda.

Sekarang pulanglah kerumah. Pasti suami dan Angel putrimu bingung dengan keberadaanmu. Ceritakan semuanya dengan berani, dan minta maaf. Pesan mama. Jadikan ini semua jadi pengalaman berharga bagimu. Rundingkan terlebih dahulu dengan keluarga bila ingin melakukan sesuatu yang menyangkut kepentingan keluarga. Jangan cepat putus asa. Minta selalu Tuhan menguatkan dan memelihara keluarga kalian….” Kata mama dengan bijak.

“Terimakasih mama… sekarang hati Marisa sudah tenang… Marisa pulang dulu mama….” Marisa memeluk erat mamanya.

Saudaraku terkasih,

Jadilah tenang, serahkan semua bebanmu pada Tuhan Yesus. Berdoalah, pintalah…. Dan nantikan dengan sabar maha karya Tuhan yang luar biasa dalam hidup kita !!!
Seberapapun beratnya masalah yang sedang dihadapi, seberapapun pahit getirnya kehidupan ini bagai tak ada lagi titik terang.
Pasti…. Pasti ada jalan keluar. Tuhan selalu menepati janjiNya, bahwa masa depan yang cemerlang akan diberikan pada umatNya yang percaya.

(1 Korintus 10:13)  Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.

For no temptation, has overtaken you and laid hold on you that is not common to man. But God is faithful, and He not to let you be tempted and tried and assayed beyond your ability and strength of resistance and power to endure, but with the temptation He will also provide the way out, that you may be capable and strong and powerful to bear up under it patiently.

(Roma 12:12) Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!

Rejoice and exult in hope; be steadfast and patient in suffering and tribulation; be constant in prayer.
-------------

LORD JESUS bless you and me, now and forever. Amen.

Depok, 3 Agustus 2011.
Renungan malam Lisa Fransisca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar