Sabtu, 14 Januari 2012

JANGAN TAKUT, TUHAN BESERTAMU....!!

“Hai…. Dia lari ke sini… Cepat ambil kardus kosong itu…” jerit Maya dengan nafas terengah-engah kepada Tari, putri kecilnya.

Yah…., mereka berdua sedang mengejar-ngejar seekor kadal yang entah bagaimana bisa sampai masuk dalam rumah, dan membuat kepanikan.

Kadal itu tidak terlalu besar, tetapi dengan kulit bersisik kasar dan lidah yang terjulur-julur berlarian kesana kemari karena panik, membuat Maya ketakutan.

Dan…. uffff, akhirnya perburuan yang cukup melelahkan itu berakhir juga. Si kadal malang akhirnya terperangkap di bawah kardus bekas.

Dan dengan hati-hati Maya mengambil kursi dan duduk di dekat kardus yang berisi kadal itu, dengan sebuah sapu berada ditangannya yang masih gemetaran.

“Mama… apakah kadal itu tidak akan menggigit kita?” tanya Tari dengan wajah cemas.
“Kita akan tunggu disini sayang, sebentar lagi papa pulang, dan papa akan mengusir kadal ini jauh-jauh..”jawab Maya sambil mengelus sayang putrinya.

Namun sewaktu Indra pulang dan melihat Maya istrinya dan Tari putrinya duduk dekat kardus bekas dengan mimik wajah yang terlihat takut dan jijik.

“Ada apa ini…” tanya Indra dengan heran.
“Papa… ada kadal di bawah kardus itu… Hati-hati papa, kadalnya galak…, nanti papa digigit…” sahut Maya dan Tari nyaris bersamaan.

Tapi apa yang terjadi…? Sewaktu kardus diangkat, di bawahnya sama sekali tak terlihat ada kadal.
Beberapa jam yang dilewatkan Maya dengan tegang, ternyata aman-aman saja, karena ternyata kadalnya sudah lari dari celah kardus tanpa setahu Maya atau Tari.


Saudaraku terkasih,
Ketakutan, kekhawatiran dan kegundahan sering kali kita hadapi secara berkepanjangan. Padahal ternyata apa yang menjadi sumber ketakutan, kekhawatiran atau kegundahan itu sendiri sebenarnya sudah berlalu dari hadapan kita. Dan kita nyaris tak mengetahuinya…


Mengapa ini terjadi?
Salah satu alasannya adalah karena kita terlalu dicekam oleh ketakutan itu sendiri. Kita lari dan bersembunyi dari kenyataan yang sebenarnya tidaklah sesulit yang kita bayangkan.


Boleh percaya boleh tidak, namun fakta berkata bahwa ketakutan adalah seperti kanker ganas yang menggerogoti sukacita kita. Semakin kita mengijinkan ketakutan mempengaruhi kehidupan kita, maka semakin sulit kita merasakan sukacita.


Saudaraku terkasih,
Pernah ada seekor tikus yang ketakutan melihat seekor kucing. Tikus itu pergi ketukang sihir untuk menyulapnya menjadi kucing.

Setelah tikus menjadi kucing, kembali ia dicekam rasa takut karena melihat anjing. Maka segera saja ia kembali ke tukang sihir dan minta diubah menjadi anjing.

Setelah jadi anjing, lagi-lagi ia takut ketika bertemu dengan macan dan minta kepada tukang sihir untuk mengubahnya menjadi macan.

Tetapi ketika ia datang lagi dengan keluhan bahwa ia bertemu dengan pemburu, si tukang sihir menolak membantu lagi, “Akan saya ubah kamu jadi tikus lagi, sebab, sekalipun badanmu macan, nyalimu masih tetap nyali tikus.”


Saudaraku terkasih,
Ketika kita percaya kepada Yesus Kristus, kita diubah menjadi manusia baru. Hanya sayang, kita seperti cerita tikus di atas. Kita mengaku sudah menjadi manusia baru, tapi “nyali” kita tidak baru.

Kita menolak Kristus menguasai kehidupan kita. Kita lebih mengizinkan ketakutan yang menguasai hidup kita. Kita kuatir, cemas dan takut untuk alasan yang sering kali tidak penting.

Tidak heran sukacita kita padam, damai sejahtera kita menguap bak embun kena terpaan sinar mentari. Wajah kita selalu cemberut, tidak ada senyum. Murung, tanpa ada keceriaan.


Saudaraku terkasih,
Bila kita memiliki nyali Kristus, tentu kita bisa bersukacita dalam segala keadaan, susah ataupun senang. Kita selalu bersyukur dan selalu penuh pengharapan. Dan percaya dengan iman yang teguh, bahwa semuanya akan baik-baik saja pada akhirnya.

Paulus memiliki nyali Kristus, itu sebabnya penjara tidak bisa membendung sukacitanya.
Demikian juga situasi dan kondisi yang paling buruk sekalipun tidak akan pernah bisa memadamkan sukacita kita, seandainya kita memiliki nyali Kristus.

Sungguh ironis kalau kita mengaku sebagai anak Tuhan tetapi tak mampu lagi bersukacita karena situasi dan keadaan yang menantang kita. Bukankah seharusnya kita berani menghadapi setiap tantangan hidup dengan optimisme dan sukacita?


Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. (2 Timotius 1:7)

For God did not give us a spirit of timidity, but of power and of love and of calm and well-balanced mind and discipline and self-control. 

dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:20)

Teaching them to observe everything that I have commanded you, and behold, I am with you all the days, to the close and consummation of the age. Amen.
--------------------------------------
LORD JESUS bless you and me, now and forever. Amen.


Renungan malam Lisa Fransisca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar