22 tahun telah berlalu..................
Rasanya baru kemarin hari itu terjadi. Detik,
menit, jam dan hari-hari penuh gelimangan air mata kehancuran, ratap
tangis, rasa ke putus asaan, kedukaan, perasaan hati yang
tercabik-cabik….., dan rasa tidak percaya yang berkepanjangan….
Mengapa semua kemalangan ini harus terjadi…….
Baru
menjelang enam tahun mereguk manisnya kehidupan berumah tangga…., baru
sedang nikmatnya sama-sama mengasuh putra terkasih semata wayang yang
tengah lucu-lucunya diusianya yang ke empat……
Dan bagai
bunyi gemuruh guntur yang menakutkan disiang bolong berita duka itu
datang….. “lelaki dari Surga” itu harus pulang kepada pemiliknya…… Sang
Pencipta………..
Ketakutan demi ketakutan melanda…..,
“Apakah aku mampu menjalani kehidupan ini tanpa keberadaannya…?, dalam usiaku yang masih belia ini…..?”
“Bagaimana aku harus menghidupi diriku dan membesarkan serta mendidik putraku….? Apakah aku mampu….?”
“Apakah
aku akan mampu untuk mewujudkan cita-cita dan impian manis untuk
mendidik putra terkasih menjadi lelaki yang berhasil dalam hidupnya,
mengasihi Tuhan, mendampinginya sampai ia dewasa dan hidup mandiri,
hidup berumah tangga dan mempunyai keturunan yang banyak…..?”
Ketakutan
itu begitu mendera….., sampai-sampai aku menginginkan, bumi tempatku
berpijak, terbelah lebar jadi dua, dan kemudian menelan tubuhku…. Dan
membenamkanku jauh-jauh kedasar bumi yang gelap gulita……….
Aku meratap….. aku menjerit….. aku melolong dalam kenyerian sangat…. Bagai orang yang tidak berpengharapan….
“Oh…..
mengapa Tuhan…. Mengapa semua ini harus terjadi padaku…. Mengapa harus
Kau ambil kekasih hatiku, mengapa Tuhan….. “ Tanya yang tidak pernah
terjawab. Hanya kekosongan dan kehampaan yang terasa nyeri didadaku.
Semua
isi hatiku …. Seluruh perasaan nyeri itu tersedot keluar…, aku
merasakan kehampaan yang menyakitkan….. Oh… Tuhan, sakit sekali…..
“Ini
semua tidak nyata…. Ini semua hanyalah mimpi buruk… Dimana bila aku
telah tersadar dari mimpi, maka semuanya akan baik-baik saja…..” jeritku
dalam ungkapan yang hanya menggema dihati terdalam.
Masih….,
aku masih banyak berharap, bahwa jenazah orang lainlah yang berada
dihadapanku.
Namun…. Kenyataan pahit itu harus kureguk, karena begitu
penutup peti itu dibuka dan kain penutup wajah itu dibuka….
Memang dia
“lelaki dari Surga” itulah yang terbaring kaku disitu.
Tubuh tanpa nyawa, dingin dan kaku…..
Dan
bagai membeku aku ketika merasakan kedinginan yang begitu
menyakitkan….. mencabik-cabik dan mereguk keluar kesadaranku…. Ketika
bibir dingin kaku itu bersentuhan dengan bibirku……
Tuhan…… benar…. benar dia yang terbujur kaku ini….
Penantian selama dua hari sampai jenazahnya berada dihadapanku….
Aku meratap…..
Bukan… bukan aku saja, tetapi seluruh keluarga meratap….
Kehilangan
yang mengerikan, buatku…. Buat anakku yang masih balita, bagi orang tua
yang sangat kehilangan penopang keluarga…. Bagi keluarga yang mencintai
dan mengasihi….
Oh… bagi putraku yang masih berusia empat
tahun, pemandangan ini tentu membingungkan baginya. Kepergian ayahnya
yang tidak akan pernah kembali lagi…
Aku hancur dan ingin ikut lari dari kenyataan ini…. Ingin bumi menelanku dalam keperkasaan dan kepadatannya yang gelap gulita….
“Mama
kan punya Tuhan…. Berdoalah pada Tuhan….” Kata-kata bijak putraku yang
berusia empat tahun dan usapan lembut jemarinya yang mungil dipundakku.
Dan usapan jemarinya menghapus air mataku membuatku semakin larut dalam
tangis…. Namun kini diikuti perasaan tertampar yang menyakitkan sekali….
Oh…. Alangkah egoisnya aku…..betapa lemahnya aku…. Batinku menuding kelemahan dan ketidakberdayaanku dengan keras….
“Kamu
egois…. Apakah kamu akan lari dari kenyataan…. Meninggalkan tanggung
jawabmu. Kamu harus sadar Lisa, keselamatan dan masa depan putramu
adalah tanggung jawabmu…. Tugasmu belum selesai…. Kamu harus bangkit….!!
Kamu harus kuat, demi anak buah cintamu dengan suamimu….”
“Tapi aku tak mampu….. aku lemah…..” rintihku melawan suara keras dihatiku itu…
“Kamu
pasti bisa… karena kamu punya penolong…. Dia Yesus…. Dia yang akan
menolong dan menopangmu…. Dan sayang…. Kamu mempunyai saudara yang
mengasihimu, adik-adikmu, ayahmu…. Saudara-saudaramu dan teman-temanmu….
Mereka pasti akan membantumu…. Tak ada yang perlu kamu takutkan Lisa,
baca Firman Tuhan ini… tentang hal kekhawatiran Matius 6:25-34….”
(Matius
6:25) Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu,
akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula
akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih
penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?
(26)
Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai
dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh
Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?
(27) Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?
(28) Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal,
(29) namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.
(30)
Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada
dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi
mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?
(31) Sebab
itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan?
Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?
(32)
Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi
Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.
(33) Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
(34)
Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok
mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."
-------------------------
Pagi
ini… , setelah masa-masa sulit…. Penuh pengorbanan, cucuran air mata,
tetesan keringat perjuangan....
Setelah 22 tahun berlalu, noda air mata itu
masih berbekas jelas di Alkitab hadiah perkawinanku, bukti sejarah
kehidupan akan kebesaran Tuhan Yesus penolongku yang ajaib, yang
memampukanku untuk bertahan melewati masa-masa sulit.
Dalam kesetiaan perkawinan, dalam kesetiaan menolong putraku untuk memperjuangkan kehidupan masa depannya ……
Tongkat estapet kehidupan harus terus berlanjut….
Berjuang untuk keluar sebagai pemenang…. Walau betapapun sulitnya perjuangan itu…
Namun…. Dengan penyertaan Tuhan Yesus semua pasti lebih mudah.
Tuhan
sangat luar biasa, apalah aku ini, sehingga dimampukannya untuk terus
kuat bertahan, untuk terus kuat karena topangannya, karena pengharapan
yang begitu kuat padaNya. Dia Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Dengan
cucuran air mata, dengan berkat rezeki yang kukais bersama tenaga dan
semangat yang terkadang jatuh bangun….. Tuhan mampukan aku untuk
bangun…. Dan bangun…. Walau terkadang harus merangkak… dalam mental
yang nyaris jatuh…..
Terimakasih Allah Bapa, Tuhan Yesus
dan penyertaan Roh Kudus. KasihMu begitu abadi dan luar biasa. Aku
bahagia karena memilikiMu.
Aku yang lemah dikuatkan dan dimampukan untuk terus berjuang memenangkan pertandingan dalam kehidupan ini….
Meski
dengan perjuangan yang teramat berat, akhirnya putra terkasih berhasil
menyelesaikan kuliahnya, paling tidak ia mampu membuktikan bahwa ia bisa
meraih gelar sarjana seperti ke dua orang tuanya.
Perjuangan
memang masih panjang buat kami.
Anas harus berjuang untuk meraih
pekerjaan yang bisa menopang kehidupan masa depan gemilangnya. Anas
harus berjuang untuk mengelola masa depannya dan hidup mandiri.
Kemudian
berjuang untuk mendapatkan pasangan hidup, istri takut Tuhan yang
telah disediakan untuknya, dan kemudian membina kehidupan bahagia
bersama anak-anak luar biasa yang akan mewarnai kehidupan kami.
Tuhan
Yesus, aku sangat percaya akan penyertaanMu dan kasih setiaMu dalam
kehidupan keluargaku. Keluarga yang diberkati…. Seperti janjiMu yang
selalu kuingat
(Yeremia 29:11) Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
Terimakasih
Allah Bapa, Tuhan Yesus dan penyertaan Roh Kudus dalam ketidak
berdayaan dan kelemahan hambamu ini….. aku dikuatkan….
Terimakasih
malaikat surga, ayahku tercinta yang begitu setia berperan jadi ayah
bagi putraku dalam suasana duka dan gembira…. Pigur yang tak pernah
hilang dari kehidupan putraku, sehingga dengan bangga putraku selalu
memajang foto kakeknya didompetnya….
Terimakasih mama ku
terkasih, bidadari dari surga yang dikirimkan Tuhan, serta adik-adikku
terkasih, Gerhard Again, Roslina Dewi Yana, Sudarman, Ningsih dan
keponakan-keponakanku Vidya, Asa, Agi dan Oshel yang begitu setia
memberiku dan putraku kekuatan ditengah keputus-asaan yang parah …..
Terimakasih
kepada ibu pendeta Linda, bapak pendeta Diogenes, bapak pendeta Emerson
yang selalu menopang dengan doa dan nats Alkitab yang menguatkan…..
Terimakasih untuk sahabat jemaat POUK yang selalu setia menopangku dalam doa….
Terimakasih kepada saudara, sahabat, teman yang selalu mendukung dalam rasa simpatik dan penguatan…
Perjuangan memang belum selesai……
Masih banyak tanggung jawab yang harus diselesaikan….
Namun
aku tidak pernah takut lagi untuk melangkah…. Maju dan terus maju…..
karena aku tahu aku tidak pernah sendirian….. Tuhan Yesus penolongku…
(Ibrani 13:6a) Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: "Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut………"
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
LORD JESUS bless you and me, now and forever. Amen.
Renungan pagi : Lisa Fransisca
Peringatan 22 tahun “Lelaki dari Surga”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar